jari-jari itu terus beradu
menari nari menguntai kata yang padu
kadang sesaat terhenti
dengan sedikit kerutan di dahi
hela nafas menjadi penanda untuk memulai kembali
tarian kata dalam satu nafas
yang terkadang melambat
terkadang tak terkendali
dan kadang mundur sesaat
melihat jejak jemari
semakin banyak nafas yang dihela
semakin menumpuk kerut di dahi
dan hanya tinggal sisa sisa kafein yang mengendap
sejalan dengan derasnya arus detik yang mengalir
menekan..
ah, laporan ini..
0 comments:
Post a Comment